Archive for the ‘Pertanian’ Category

INTENSIFIKASI PENGELOLAAN TANAMAN JAGUNG

Sasaran pembangunan pertanian khususnya di bidang tanaman pangan pada masa mendatang adalah terwujudnya kelayakan sistem produksi tanaman pangan yang berkelanjutan untuk mendukung agrobisnis dan agroindustri. Penanganan dan pembinaan terpadu mulai dari penyediaan teknologi di tingkat petani, pembinaan usaha tani, pembinaan pasca panen, pengolahan hasil, pemasaran dan perdagangan sangat di-perlukan. Dengan demikian pendapatan petani diharapkan dapat meningkat secara proporsional, sesuai kebutuhan hidup dan tingkat kesejahteraan yang semakin tinggi. Untuk memenuhi hal tersebut, didalam pengelolaan penanaman jagung diperlukan sistem perbaikan teknologi budidaya sesuai dengan ciri agroekosistem yang mampu meningkatkan produksi tanaman jagung. Program intensifikasi pertanian merupakan strategi pem-bangunan pertanian yang semakin penting, mengingat semakin sempitnya lahan pertanian di masa mendatang.

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG
1. Varietas Tanaman

Varietas merupakan faktor penting pertama yang menentukan potensi hasil. Produktivitas jagung ditentukan oleh hasil interaksi antara varietas dengan faktor lingkungan. Faktor lingkungan mencakup iklim, jenis tanah, hama dan penyakit, gulma dan pengelolaan oleh manusia. Telah diketahui bersama, bahwa penggunaan varietas hibrida memiliki potensi hasil yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan jagung yang non hibrida atau bersari bebas. Hal ini disebabkan karena varietas jagung hibrida lebih memiliki daya adaptasi yang luas, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang beragam, toleransi terhadap hama dan penyakit tinggi, responsif terhadap pe-mupukan dan tingkat keseragaman yang tinggi.

Kepada para petani diharapkan menanam dengan menggunakan varietas hibrida dan yang telah berlabel. Untuk pemantapan agar diperoleh hasil produksi seperti yang diharapkan petani, dianjurkan agar petani tidak menanam hasil dari turunan panenannya sendiri, karena penggunaan benih dari hasil panen telah mengalami penurunan sifat kembali pada induk + 25%. Sehingga dalam penanaman berikutnya petani dianjurkan tetap menggunakan benih yang bersertifikat atau berlabel.

2.  Cara Budidaya Tanaman Yang Tepat

Selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan tumbuh, faktor penting yang mendukung keberhasilan penanaman jagung adalah faktor pengelolaan oleh manusia. Kekurangan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dapat diberikan melalui pemupukan. Takaran, cara dan waktu pemupukan yang tepat disertai dengan pengelolaan tanah yang baik dapat membantu meningkatkan ketersediaan hara yang diperlukan dan akan menghasilkan produksi jagung yang lebih tinggi. Pemupukan yang tepat, berbeda tergantung dari kesuburan dan jenis tanahnya. Pada lahan yang bersifat masam, ketersediaan P dapat ditingkatkan melalui pengapuran.

2.1.  Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan tempat tumbuh bagi tanaman jagung, sehingga perakaran tanaman dapat berkembang dengan baik. Dengan demikian absorbsi hara oleh tanaman berlangsung secara optimal. Pengolahan tanah diusahakan agar kondisi air tanah dapat terpelihara dengan baik. Pada tanah-tanah bertekstur berat, pengolahan tanah sebaiknya dilakukan intensif untuk mendapatkan drainase dan aerase yang menunjang pertumbuhan tanaman jagung. Pada tanah bertekstur ringan pengolahan tanah secara minimum (minimum tillage) dapat dilakukan untuk menghemat tenaga, waktu dan memanfaatkan ketersediaan air tanah. Setelah tanaman jagung tumbuh kira-kira 4-5 minggu, segera dilakukan pembubunan. Pembubunan, disamping untuk memperbaiki drainase dan aerasi tanah, juga dimaksudkan untuk mengurangi gulma serta untuk menjaga agar tanaman jagung tidak mudah rebah. Pembubunan ini dapat meningkatkan produksi + 50%, dibanding pada pertanaman jagung yang semula hanya diolah pada bagian yang ditanami saja.

2.2. Pemupukan

Varietas jagung yang berumur dalam lebih tanggap (respon) terhadap pemupukan. Untuk itu ketepatan pemupukan sangat mempengaruhi produksi. Pemberian pupuk yang tepat selama pertumbuhan tanaman jagung dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Adapun hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah N, P dan K.

Nitrogen (N)

Absorbsi N oleh tanaman jagung berlangsung selama pertumbuhannya. Pada awal pertumbuhan, akumulasi N dalam tanaman relatif lambat dan setelah berumur 4 minggu akumulasi N sangat cepat. Pada saat pembungaan (bunga jantan muncul) tanaman jagung telah mengabsorbsi N sebanyak 50% dari seluruh kebutuhannya. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil jagung yang baik, unsur hara N dalam tanah harus cukup tersedia dalam fase tersebut. Cara pemberian pupuk N yang baik adalah dengan jalan meletakkan pupuk di permukaan tanah dan segera di bumbun, atau ditugal disamping tanaman dan ditutup kembali dengan tanah. Dengan demikian mengingat pentingnya kelipatan waktu pemupukan pada tanaman jagung dapat diringkas sebagai berikut:

A. Pemupukan pertama umur 0-10 hst
B. Pemupukan kedua umur 25-30 hst
C. Pemupukan ketiga umur 45-50 hst

2.3. Tingkat Kerapatan Tanaman (Populasi)

Peningkatan produksi tanaman jagung dapat dilakukan dengan cara perbaikan tingkat kerapatan tanaman (populasi). Peningkatan populasi per satuan luas sampai batas tertentu dapat meningkatkan hasil biji, akan tetapi penambahan jumlah tanaman selanjutnya akan menurunkan hasil, dikarenakan terjadi persaingan hara, air dan cahaya matahari, serta ruang tumbuh tanaman. Penurunan jumlah biji per tanaman ini lebih besar dibandingkan dengan penambahan jumlah tongkol dan berat biji, karena kerapatan tanaman. Oleh karena itu tingkat kerapatan tanaman (populasi) yang optimum beragam pada setiap jenis jagung pada setiap kondisi lingkungan yang berbeda.

Kerapatan tanaman (populasi) tanaman jagung dipengaruhi oleh:

1. Umur varietas tanaman
2. Musim tanam

Jagung yang memiliki umur lebih dalam memerlukan tingkat kerapatan optimum sedikit lebih rendah, dibanding tanaman yang berumur genjah. Hal ini sangat berhubungan dengan ukuran morfologis tanaman. Selain itu musim tanam juga berpengaruh terhadap kerapatan optimum tanaman. Bahwa pada musim kemarau, kerapatan (populasi) tanaman optimum sedikit lebih rendah bila dibanding pada musim penghujan. Keadaan ini disebabkan oleh pertanaman pada musim kemarau mengalami kekurangan air terutama pada fase pembungaan dan pengisian biji. Populasi optimum rata-rata tanaman jagung adalah 66.667 tanaman/Ha, (75×20) Cm, 1 benih/lubang. Dengan cara ini hasil dapat ditingkatkan 20-30% bila dibanding dengan hanya meletakkan pupuk di permukaan tanah dan dibiarkan terbuka.

Tanaman jagung yang kekurangan unsur N memperlihatkan pertumbuhan yang kerdil dan daun tanaman berwarna hijau kekuning-kuningan yang berbentuk huruf V dari ujung daun menuju tulang daun. Selain itu tongkol jagung yang terbentuk menjadi lebih kecil dan kandungan protein dalam biji rendah.

Phosphor (P)

Tanaman jagung mengabsorbsi unsur P dalam jumlah relatif lebih sedikit daripada absorsi unsur N dan K. Pola akumulasi P tanaman jagung hampir sama dengan akumulasi hara N. Pada fase awal pertumbuhan akumulasi P relatif lebih lambat, namun setelah umur 4 minggu meningkat dengan cepat.

Pada saat keluar bunga jantan, akumulasi P pada tanaman jagung mencapai 35% dari seluruh kebutuhannya. Selanjutnya akumulasi meningkat hingga menjelang tanaman di panen. Gejala kekurangan unsur hara P, tampak pada fase pertumbuhan, yaitu daun jagung berwarna keunguan. Kekurangan hara P menyebabkan perakaran tanaman menjadi dangkal dan sempit penyebarannya serta batang menjadi lemah. Selain itu, pembentukan biji tidak sempurna, barisan biji tidak teratur dan tongkol ukurannya menjadi kecil.

Kalium (K)

Kalium dibutuhkan oleh tanaman jagung dalam jumlah paling banyak dibanding dengan unsur N dan P. Pada fase pembungaan akumulasi hara K telah mencapai 60-75% dari seluruh kebutuhannya.

Kekurangan hara K tampak pada daun yang berwarna kuning hingga kering dan mati. Selain itu pembentukan tongkol tidak sempurna, ujung tongkol tidak terisi oleh biji dan biji jagung tidak melekat secara kuat pada tongkolnya.

GEJALA – GEJALA KEKURANGAN UNSUR HARA PADA TANAMAN

GEJALA – GEJALA KEKURANGAN UNSUR HARA PADA TANAMAN :

 

  1. 1. Kekurangan unsur hara Nitrogen (N)
    1. Warna daun hijau agak kekuning-kuningan dan pada tanaman padi warna ini mulai dari ujung daun menjalar ke tulang daun selanjutnya berubah menjadi kuning lengkap, sehingga seluruh tanaman berwarna pucat kekuning-kuningan. Jaringan daun mati dan inilah yang menyebabkan daun selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan.
    2. Pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil
    3. Perkembangan buah tidak sempurna atau tidak baik, seringkali masak sebelum waktunya
    4. Dapat menimbulkan daun penuh dengan serat, hal ini dikarenakan menebalnya membran sel daun sedangkan selnya sendiri berukuran kecil-kecil
    5. Dalam keadaan kekurangan yang parah, daun menjadi kering, dimulai dari bagian bawah terus ke bagian atas

 

  1. 2. Kekurangan unsur hara Fosfor (P)

  1. Terhambatnya pertumbuhan sistem perakaran, batang dan daun
  2. Warna daun seluruhnya berubah menjadi hijau tua/keabu-abuan, mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah, selanjutnya mati. Pada tepi daun, cabang dan batang terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning.
  3. Hasil tanaman yang berupa bunga, buah dan biji merosot. Buahnya kerdil-kerdil, nampak jelek dan lekas matang

 

  1. 3. Kekurangan unsur hara Kalium (K)

 

Defisiensi/kekurangan Kalium memang agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang ditampakkan ketika tanaman masih muda.

  1. Daun-daun berubah jadi mengerut alias keriting (untuk tanaman kentang akan menggulung) dan kadang-kadang mengkilap terutama pada daun tua, tetapi tidak merata. Selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampak menguning, warna seperti ini tampak pula di antara tulang-tulang daun pada akhirnya daun tampak bercak-bercak kotor (merah coklat), sering pula bagian yang berbercak ini jatuh sehingga daun tampak bergerigi dan kemudian mati
  2. Batangnya lemah dan pendek-pendek, sehingga tanaman tampak kerdil
  3. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah dan tidak tahan disimpan
  4. Pada tanaman kelapa dan jeruk, buah mudah gugur
  5. Bagi tanaman berumbi, hasil umbinya sangat kurang dan kadar hidrat arangnya demikian rendah

 

 

Khusus untuk tanaman padi, gejala kekurangan unsur Kalium dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Daun

Daun tanaman padi yang kekurangan Kalium akan berwarna hijau gelap dengan banyaknya bintik-bintik yang warnanya yang menyerupai karat. Bintik-bintik itu pertama-tama muncul pada bagian atas daun yang sudah tua, ujung daun dan tepi daun menjadi seperti terbakar (necrotic), berwarna coklat kemerahan atau coklat kuning. Daun-daun tua, khususnya di tengah hari akan terkulai dan daun-daun muda menggulung ke arah atas dan memperlihatkan gejala-gejala kekurangan air

  1. Batang

Batang tanaman padi yang kekurangan Kalium akan tumbuh pendek dan kurus. Dan kebanyakan varietas-varietas padi yang kekurangan Kalium lebih mudah rebah

  1. Akar

Pertumbuhan akar biasanya sangat terbatas, ujung akar akan tumbuh kurus dan pendek, dan akar selalu cenderung berwarna gelam dan hitam. Akar-akar cabang dan akar rambat sangat kurus dan selalu memperlihatkan gejala pembusukan akar.

  1. Bulir dan Malai

Pertumbuhannya akan pendek dan umumnya mempunyai persentase kehampaan buah yang tinggi. Sedang jumlah bulir yang berisi untuk setiap helainya akan rendah, bulir-bulir padi akan berukuran kecil dan tidak teratur bentuknya, mutu dan berat 1.000 bulir akan berkurang, persentase bulir-bulir yang tidak berkembang dan tidak dewasa bertambah.

 

  1. 4. Kekurangan unsur hara Kalsium (Ca)

 

  1. Daun-daun muda selain berkeriput mengalami perubahan warna, pada ujung dan tepi-tepinya klorosis (berubah menjadi kuning) dan warna ini menjalar di antara tulang-tulang daun, jaringan-jaringan daun pada beberapa tempat mati
  2. Kuncup-kuncup muda yang telah tumbuh akan mati
  3. Pertumbuhan sistem perakarannya terhambat, kurang sempurna malah sering salah bentuk
  4. Pertumbuhan tanaman demikian lemah dan menderita

 

  1. Kekurangan unsur hara Magnesium (Mg)

 

  1. Daun-daun tua mengalami klorosis (berubah menjadi kuning) dan tampak di antara tulang-tulang daun, sedang tulang-tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau. Bagian di antara tulang-tulang daun itu secara teratur berubah menjadi kuning dengan bercak-bercak merah kecoklatan
  2. Daun-daun mudah terbakar oleh teriknya sinar matahari karena tidak mempunyai lapisan lilin, karena itu banyak yang berubah warna menjadi coklat tua/kehitaman dan mengkerut
  3. Pada tanaman biji-bijian, daya tumbuh biji kurang/lemah, malah kalau toh ia tetap tumbuh maka ia akan nampak lemah sekali.

 

  1. 6. Kekurangan unsur hara Belerang (S)

  1. Daun-daun muda mengalami klorosis (berubah menjadi kuning), perubahan warna umumnya terjadi pada seluruh daun muda, kadang mengkilap keputih-putihan dan kadang-kadang perubahannya tidak merata tetapi berlangsung pada bagian daun selengkapnya
  2. Perubahan warna daun dapat pula menjadi kuning sama sekali, sehingga tanaman tampak berdaun kuning dan hijau, seperti misalnya gejala-gejala yang tampak pada daun tanaman teh di beberapa tempat di Kenya yang terkenal dengan sebutan”Tea Yellow” atau”Yellow Disease”
  3. Tanaman tumbuh terlambat, kerdil, berbatang pendek dan kurus, batang tanaman berserat, berkayu dan berdiameter kecil
  4. Pada tanaman tebu yang menyebabkan rendemen gula rendah
  5. Jumlah anakan terbatas.

 

  1. 7. Kekurangan unsur hara Besi (Fe)

 

Defisiensi (kekurangan) zat besi sesungguhnya jarang terjadi. Terjadinya gejala-gejala pada bagian tanaman (terutama daun) kemudian dinyatakan sebagai kekurangan tersedianya zat besi adalah karena tidak seimbang tersedianya zat Fe dengan zat kapur (Ca) pada tanah yang berlebihan kapur dan yang bersifat alkalis. Jadi masalah ini merupakan masalah pada daerah-daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur.

  1. Gejala-gejala yang tampak pada daun muda, mula-mula secara setempat-setempat berwarna hijau pucat atau hijau kekuning-kuningan, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau serta jaringan-jaringannya tidak mati.
  2. Selanjutnya pada tulang daun terjadi klorosis, yang tadinya berwarna hijau berubah menjadi kuning dan ada pula yang menjadi putih
  3. Gejala selanjutnya yang lebih hebat terjadi pada musim kemarau, daun-daun muda banyak yang menjadi kering dan berjatuhan
  4. Pertumbuhan tanaman seolah terhenti akibatnya daun berguguran dan akhirnya mati mulai dari pucuk.

 

  1. 8. Kekurangan unsur hara Mangan (Mn)

Gejala kekurangan Mangan (Mn) hampir sama dengan gejala kekurangan Besi (Fe) pada tanaman, yaitu:

  1. Pada daun-daun muda di antara tulang-tulang dan secara setempat-setempat terjadi klorosis dari warna hijau menjadi warna kuning yang selanjutnya menjadi putih
  2. Tulang-tulang daunnya tetap berwarna hijau, ada yang sampai kebagian sisi-sisi dari tulang
  3. Jaringan-jaringan pada bagian daun yang klorosis mati sehingga praktis bagian-bagian tersebut mati, mengering, ada kalanya yang terus mengeriput dan ada pula yang jatuh sehingga daun tampak menggerigi
  4. Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, terutama pada tanaman sayuran tomat, seledri, kentang dan lain-lain, begitu juga pada tanaman jeruk, tembakau dan kedelai
  5. Pada tanaman gandum, bagian tengah helai daun berwarna coklat, kemudian patah
  6. Pembentukan biji-bijian kurang baik (jelek).

 

  1. 9. Kekurangan unsur hara Tembaga/Cuprum(Cu)

Kekurangan unsur hara Tembaga (Cu) acapkali ditemukan pada tanah-tanah organik yang agak asam, tanda-tandanya dapat dilihat sebagai berikut:

  1. Pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda tampak layu dan kemudian mati (die back), sedang ranting-rantingnya berubah warna pula menjadi coklat dan mati pula
  2. Ujung daun secara tidak merata sering ditemukan layu, malah kadang-kadang klorosis, sekalipun jaringan-jaringannya tidak ada yang mati
  3. Pada tanaman jeruk kekurangan unsur hara tembaga ini menyebabkan daun berwarna hijau gelap dan berukuran besar, ranting berwarna coklat dan mati, buah kecil dan berwarna coklat
  4. Pada bagian buah, buah-buahan tanaman pada umumnya kecil-kecil warna coklat dan bagian dalamnya didapatkan sejenis perekat (gum).

 

10. Kekurangan unsur hara Seng/Zincum (Zn)

 

  1. Terjadi penyimpangan pertumbuhan pada bagian daun-daun yang tua, yaitu:
  • Bentuknya lebih kecil dan sempit daripada bentuk umumnya
  • Klorosis terjadi di antara tulang-tulang daun
  • Daun mati sebelum waktunya, kemudian berguguran dimulai dari daun-daun yang ada di bagian bawah menuju ke puncak
  1. Pada padi sawah gejala terlihat 2 – 4 minggu setelah tanam, yaitu adanya pemutihan di bagian tengah daun. Kekurangan yang parah menyebabkan daun tidak mau terbuka
  2. Pada tanaman jagung gejala terlihat 1 – 2 minggu setelah bibit muncul di permukaan tanah, daun-daun muda menunjukkan garis-garis kuning dan terus menguning sampai ke dasar daun, sedang tepi daun tetap hijau
  3. Pada kacang tanah gejala terlihat setelah tanaman berumur 1 bulan, mula-mula jaringan di antara urat-urat dan nampak menguning dan akhirnya hanya pada urat-urat daun saja akan tetap hijau. Tanaman kerdil dan polong sedikit.

 

11.  Kekurangan unsur hara Molibden (Mo)

 

  1. Secara umum daun-daun mengalami perubahan, kadang-kadang mengalami pengkerutan terlebih dahulu sebelum mengering dan mati. Mati pucuk (die back) biasa pula terjadi pada tanaman yang kekurangan unsur hara Mo
  2. Pertumbuhan tanaman tidak normal, terutama pada tanaman sayuran. Daun keriput dan mengering.

12. Kekurangan unsur hara Borium (Bo)

Walaupun unsur hara Bo hanya sedikit saja yang diperlukan tanaman bagi pertumbuhannya, tetapi kalau unsur ini tidak tersedia bagi tanaman gejalanya cukup serius.

  1. Daun-daun yang masih muda terjadi klorosis, secara setempat-setempat pada permukaan daun bawah yang selanjutnya menjalar kebagian tepi-tepinya. Jaringan daun mati
  2. Daun yang baru muncul tumbuh kerdil, kuncup-kuncup mati dan berwarna kehitaman atau coklat
  3. Dapat menimbulkan penyakir fisiologis, khususnya pada tanaman sayuran, tembakau dan apel. Malah pada jagung bisa menimbulkan tongkol tanpa biji sama sekali
  4. Pada umbi-umbian pertumbuhannya kerdil, terdapat bercak-bercak atau lubang berwarna hitam pada umbi
  5. Pada tanaman bayam dan selada pucuk tanaman tumbuh tidak sempurna dan berwarna hitam
  6. Tangkai daun seledri membentuk celah-celah dan garis-garis tak teratur berwarna coklat. Anak-anak daun seledri berbercak-bercak coklat.

 

13.  Kekurangan unsur hara Klorida (Cl)

 

  1. Dapat menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang normal terutama pada tanaman sayur-sayuran, daun tampak kurang sehat dan berwarna tembaga
  2. Kadang-kadang pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas menunjukkan gejala seperti di atas.